REPUBLIK Ukraina dan Republik Indonesia dipisahkan jarak sejauh hampir 10.000 kilometer. Indonesia mengakui kedaulatan Ukraina pada tanggal 28 Desember 1991, hanya beberapa hari sebelum Uni Soviet dinyatakan bubar. Pada tanggal 6 Juni 1992 kedua negara negara menandatangani komunike bersama untuk memulai hubungan diplomatik. Komunike bersama itu ditandatangani di Moskow, Rusia.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kyiv dibuka pada tahun 1994, sementara Kedutaan Besar Republik Ukraina di Jakarta dibuka dua tahun kemudian.
Walau tercatat baru memiliki hubungan diplomatik pada tahun 1992, namun sesungguhnya Ukraina mengisi ruang khusus dalam kisah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Adalah Ukraina yang pertama kami memberikan dukungan agar kemerdekaan Indonesia diperbincangkan di forum resmi PBB.
Menurut sejumlah catatan, Perdana Menteri Sutan Sjahrir pada bulan Januari 1946 mengirimkan sepucuk surat untuk PBB yang sedang menggelar pertemuan di Church House Westminster di London, Inggris.
Dalam surat itu, Sutan Sjahrir antara lain menggugat invasi Belanda di Indonesia yang baru memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, dan meminta agar isu mengenai kemerdekaan Indonesia di bahas dalam pertemuan itu.
Menteri Luar Negeri Belanda, Eelco van Kleffens, dengan cepat merespon surat Sutan Sjahrir dan mengatakan dirinya setuju membahas isu Indonesia bila ada satu negara anggota PBB yang memberikan dukungan.
Saat itulah perwakilan Republik Sosialis Soviet Ukraina di PBB, Dmitri Manuilsky, menyatakan negaranya mendukung Indonesia.
Menurut sejarawan Rushdy Hoesein dalam “Terobosan Sukarno dalam Perundingan Linggarjati” (2010), Dmitri Manuilsky, mengirimkan sebuah memo kepada Dewan Keamanan PBB yang juga sedang bersidang di London, bahwa invasi Belanda di Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan dapat membahayakan perdamaian dunia. Karena itu ia mengusulkan agar isu Indonesia dibicarakan di Dewan Keamanan PBB.
Dalam wawancara dengan Kantor Berita Politik RMOL, Duta Besar Republik Ukraina Vasyl Hamianin menjelaskan misi yang diembannya untuk memperat hubungan kedua negara. Dubes Hamianin percaya bahwa Indonesia dan Ukraina dapat meningkatkan kualitas hubungan di masa depan.
Berikut petikannya:
Sekarang saya ingin membahas isu bilateral antara Indonesia dan Ukraina. Apa misi Anda di Indonesia? Menurut Anda, kerjasama apa yang dapat dikembangkan kedua negara?
Ini pertanyaan yang bagus. Saya juga bisa berbicara banyak tentang hal ini. Tapi saya pikir, misi utama saya adalah satu hal yang Anda sebutkan sejak awal kita berbincang. Misi utama saya adalah untuk memperkenalkan Ukraina kepada Indonesia, dan membawa Indonesia ke Ukraina. Tapi untuk ini lebih banyak tugas rekan saya, Dubes Ghafur Dharmaputra yang saat ini berada di Ukraina. Sebelumnya itu adalah tugas Dubes Yuddy Chrisnandi.
Saya akan memformulasikannya begini, "Saya ingin warna Ukraina atau bendera Ukraina dikibarkan setiap hari di peta Indonesia."
Karena menurut saya, tidak baik untuk memulai jika kita tidak tahu satu sama lain. Kami memiliki banyak produk, banyak teknologi yang bisa dikenalkan. Jika saya mengatakan ini, masyarakat Indonesia mungkin akan mengatakan "Saya tidak mengetahui siapa Anda", atau "Apa itu Ukraina?"
Coba tanya kepada orang Ukraina pada umumnya, apa yang mereka tahu tentang Indonesia. Saya bertanya kepada orang dari pedesaan hingga perkotaan, termasuk generasi muda. Saya tanya, "Apa yang anda tahu tentang Indonesia?"
Jawabannya, "Di mana Indonesia? Apakah tidak jauh dari Singapura dan Bali". Itulah yang mereka katakan. Hal serupa juga terjadi di sini.
"Di mana Ukraina?" dan "Apakah Ukraina ada di sekitar Rusia?" merupakan jawaban paling baik.
Itulah mengapa saya ingin menyampaikan pesan ini. Pertama Ukraina itu bukan Rusia. Kedua, kami ramah, dan kita bisa menjadi teman dan mitra yang baik. Tapi untuk berteman, langkah pertama adalah mengenal satu sama lain. Saya tidak akan pernah bekerja sama dengan Anda sebelum saya mengetahui nama Anda.
Lalu, saya sudah tahu nama Anda, Anda tahu nama saya. Apakah kita bekerja sama? Tidak. Kita harus duduk bersama dan berbicara.
Apakah setelah itu kita bekerjasama? Tidak. Setelahnya saya mengundang Anda untuk makan malam dan mengundang keluarga. Apakah kita bekerjasama? Tidak.
Kita menjadi teman, bermain golf. Mungkin saya bahkan mengundang Anda ke Ukraina lalu kita menjadi teman. Kemudian apa yang terjadi? Apakah kita bekerja sama? Mungkin.
Kita bertukar informasi dan Anda percaya pada saya.
Maksud saya, pada situasi ini, baru saya akan mengatakan, "Kami memiliki empat teknologi di bidang yang mungkin Anda tertarik. Lalu Anda akan mengatakan, "Baiklah, Anda teman saya, saya percaya pada Anda. Ayo coba".
Itulah yang terjadi. Kita harus lihat, dengar, dan rasakan. Itulah misi saya, membawa Ukraina ke Indonesia, agar orang mengetahui bahwa meski kita berjarak 10 ribu kilometer, kita memiliki banyak kesamaan. Itu luar biasa. Hampir setiap hari saya merasa ada banyak hal yang sama.
Bisa Anda sebutkan kesamaan-kesamaan tersebut?
Hari Kemerdekaan kedua negara pada bulan Agustus, tanggal 17 dan 24 Agustus. Hari Pahlawan juga hampir sama di bulan November, Indonesia tanggal 10 November, dan kami tanggal 16 November.
Seperti Ukraina, Indonesia berjuang untuk kemerdekaan. Kemerdekaan kita tidak diberikan, kita berjuang dengan senjata secara habis-habiskan. Kita berjuang di PBB. Kami berjuang melawan musuh pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20. Bahkan pada pertengahan abad ke-20, kami bertempur seperti Anda.
Anda memiliki pahlawan seperti Jenderal Sudirman, kami juga memiliki banyak pahlawan seperti Anda. Ini luar biasa.
Jenderal Sudirman meninggal karena ia sakit, tapi ia melihat kemerdekaan. Jenderal dari Ukraina meninggal pada 1950 karena dikhianati oleh pengkhianat, dan dieksekusi oleh Uni Soviet. Ia adalah Roman Shukhevych, pemimpin militer seperti Jenderal Sudirman. Meski ia (Shukhevych) tidak melihat kemerdekaan, tapi perkataannya terus digemakan.
"Kita semua pasti mati. Tapi kita akan mati untuk masa depan kemerdekaan Ukraina." Itu perkataan luar biasa.
Kisah yang sama, semangat berjuang yang sama. Kami memahami ini, berjuang untuk kemerdekaan.
Seperti Indonesia, Ukraina juga selalu menjaga (perjuangan kemerdekaan) di dalam hati. Karena Ukraina tidak pernah menjadi kekaisaran atau kerajaan. Kami tidak pernah memiliki raja dalam sejarah. Saya secara personal menyebutnya "demokrasi anarki".
Apa artinya? Setiap kali militer Cossack berkumpul, jika mereka tidak menyukai pemimpinnya, maka akan dipilih yang baru. Mereka tidak menginginkan raja, mereka adalah manusia bebas. Itulah keunikan yang dimiliki oleh Ukraina selama berabad-abad, dan luka yang dimiliki Ukraina selama berabad-abad, karena mereka tidak pernah bersatu. Lantaran semua orang adalah raja.
Hal lainnya adalah kami mencari gagasan nasional dan identitas nasional Ukraina. Rusia selama ini mengatakan, "Apa itu Ukraina? Kita tidak tahu ada negara seperti Ukraina karena mereka terpisah-pisah, ada Ukraina barat, timur, selatan. Semuanya berbeda. Kalian tidak pernah bersatu."
Kemudian ketika saya datang ke Indonesia, saya melihat Garuda Pancasila, dan saya baca "Bhinneka Tunggal Ika". Inilah gagasan nasional kami. Ini adalah gagasan tak terkalahkan dari identitas nasional kita. Kita berbeda tapi kita satu. Ini luar biasa.
Anda memiliki banyak bangsa, banyak suku, banyak agama. Di Ukraina, kami memiliki agama yang berbeda, etnis berbeda, bahkan disebutkan kami memiliki lebih dari 100 etnis di Ukraina. Tidak seperti di sini yang lebih kompleks. Tapi di Ukraina juga sama banyak.
Dalam hal agama, di Ukraina juga agamanya berbeda-beda. Kami memiliki Ortodoks yang berpengaruh, dan tidak ada di Indonesia. Kami memiliki Yahudi, dan tidak ada di Indonesia. Tapi kami tidak memiliki agama Buddha, Konfusianisme, dan Hindu.
Bagaimana dengan umat Muslim?
Tentu, kami memiliki komunitas Muslim yang besar. Sebenarnya mereka tersebar di seluruh Ukraina, tapi terkonsentrasi di Krimea. Itulah mengapa situasi saat ini menjadi tragedi bagi masyarakat Muslim di negara kami. Ini juga yang membuat saya menyerukan komunitas Muslim Indonesia agar mendukung saudara mereka yang menderita.
Anda tahu, sejarah Krimea sebenarnya sederhana. Tidak sesederhana itu, tapi bisa saya deskripsikan. Tartar Krimea adalah etnis asli Krimea yang hidup di sana selama berabad-abad. Mereka berbeda, bukan Tatar dari Kazan atau Tatar dari Mongolia.
Tatar Krimea memiliki agama sendiri, mereka memiliki bahasa sendiri, arsitektur, tulisan, dan semuanya sendiri. Jadi sangat spesifik.
Semuanya baik-baik saja, mereka berdagang dengan Ukraina daratan karena mereka ada di semenanjung. Mereka berdagang dengan Turki dan yang lainnya. Terkadang ada konflik, normal. Terkadang bersatu melawan yang lain, normal. Tapi mereka tetap di sana, dan semua orang tahu itu. Krimea adalah Tatar Krimea.
Namun pada 1943, Stalin tiba-tiba membuat perintah untuk menyingkirkan semua Tatar Krimea dari Krimea. Dalam beberapa pekan, 100 persen Tatar Krimea tersingkir dari Krimea.
Ke mana mereka (Tatar Krimea) pergi?
Kazakhstan, Uzbekistan, Siberia.
Lalu, mereka (Uni Soviet) memindahkan orang Rusia ke Krimea?
Ya. Jadi Tatar Krimea seperti orang Yahudi. Mereka kehilangan tanah air, mereka tidak punya tanah air. Tanah air mereka tidak ada lagi. Tanah air mereka ada, tapi mereka tidak bisa ke sana.
Apakah mereka (Tatar Krimea) masih ada?
Setelah tahun 1991, setelah kemerdekaan Ukraina, semua (Tatar Krimea) kembali ke Krimea. Tapi ketika itu orang Rusia dari Uni Soviet tinggal di sana, dan mereka tidak menyambutnya (Tatar Krimea).
"Kenapa kalian datang? Apa yang kalian inginkan dari kami? Apakah kalian ingin tanah? Ini adalah tanah kami sekarang."
Kemudian mereka (Tatar Krimea) mulai tinggal di suatu distrik, yang kondisinya tidak begitu baik untuk hidup. Tapi mereka komunitas besar, sekitar satu juta orang.
Dan sekarang, setelah Rusia mengokupasi Krimea tahun 2014, mereka mulai melakukan kekerasan lagi pada (Tatar) Krimea. "Ini bukan tanahmu, pergilah."
Mayoritas Tatar Krimea pindah ke Ukraina, lari ke Turki, dan ke tempat lain.
Rusia juga melarang Majelis Tatar Krimea dan menyebutnya organisasi teroris di parlemen. Puluhan, bahkan ratusan aktivis Krimea, dan jurnalis ditahan di Krimea oleh Rusia, dengan tuduhan terorisme.
Lalu apa misi Anda berikutnya di Indonesia?
Misi kedua adalah, kami memiliki sesuatu yang istimewa untuk ditawarkan pada Indonesia. Saya tidak akan menyebutkan semuanya, tapi seperti ketahanan pangan dan teknologi, karena teknologi Ukraina sangat dibutuhkan dan diinginkan Indonesia. Tapi penting bagi mereka mengetahui bahwa kami benar-benar memilikinya.
Teknologi apa pun, mulai dari pengolahan makanan, militer, bahkan seperti penerbangan, pembangunan kapal, pembuatan mesin, dan lainnya. Semuanya.
Misi ketiga menurut saya sangat penting, edukasi dan pariwisata. Sekarang semua orang tahu Bali, dan semua orang Ukraina ingin pergi ke Bali. Sebaliknya, saya ingin orang Indonesia wisata ke Ukraina, karena di sana sangat indah cantik, dan menarik untuk dijelajah.
Saya ingin pelajar Indonesia pergi ke Ukraina untuk belajar, karena untuk beberapa alasan. Saya masih baru di sini, tapi Anda tahu, ada sekitar 30 ribu pelajar India di Ukraina. Saya tidak melihat perbedannya. Mereka berbicara Bahasa Inggris, orang Indonesia juga bicara Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.
Apa yang mereka pelajari?
Banyak pelajar India mempelajari ilmu kedokteran. Kami memiliki banyak pelajar dari China, Pakistan, Afrika, dan lainnya. Kami punya banyak pelajar dari Eropa dan Amerika Serikat, umumnya belajar musik, opera, seni, dan budaya.
Pelajarannya menggunakan Bahasa Inggris?
Bisa jadi. Ini bukan masalah. Maksudnya pelajar Indonesia dan negara lainnya datang ke Ukraina setelah melakukan persiapan selama satu tahun, mereka belajar Bahasa Inggris dan Ukraina. Setelah itu mereka pergi ke Ukraina. Sebetulnya, (Bahasa Ukraina) mudah untuk dipelajari. Kami memiliki ratusan ribu pelajar di Ukraina.
Dan ini sangat penting, yaitu pendidikan di Ukraina sangat murah. Jadi Anda memiliki pilihan, bayar 2.500 dolar AS atau 25.000 AS per tahun. Itu sangat berbeda.
Saya sangat menyambut pelajar Indonesia.
Apakah ada skema beasiswa?
Tidak ada karena itu sangat murah. Jika Anda belajar di Australia seharga 25.000 dolar AS, Anda bisa mendapatkan program beasiswa untuk mengurangi jumlahnya. Tapi di Ukraina sudah sangat murah, 2.500 dolar AS per tahun. Itu sudah seperti beasiswa.
Dalam hal perdagangan dan investasi, apakah kita memiliki catatan?
Kita tidak memiliki catatan investasi. Sejauh yang saya tahu, ada investasi yang terdaftar tapi sangat kecil karena alasan yang sederhana. Baik Ukraina maupun Indonesia bukan investor besar di dunia. Namun saya pikir, ada prospek yang baik untuk investasi. Saya tahu ada beberapa orang Ukraina yang membuat investasi-investasi kecil di Indonesia. Investasi besar di Indonesia seperti kelapa sawit, sumber daya mineral, logam, dan sebagainya, kemudian pengolahan makanan, serta IT. Banyak orang Ukraina di Bali, mereka melakukan proyek-proyek bagus dari nol.
Jadi ada investasi kecil. Investor adalah orang-orang yang memperhitungkan uang. Jika ada kebijakan yang menarik atau jika kebijakan tidak menarik tapi keuntungannya besar, mereka akan datang.
Sekali lagi, misi saya adalah untuk memperkenalkan lingkungan untuk investor di Ukraina.
Contohnya sangat sederhana. Sekarang Indonesia sedang menghadapi, bukan permasalahan, tapi pertanyaan tentang ekspor kelapa sawit ke Eropa karena satu dan lain hal. Saya tahu ada banyak orang kuat dan kaya di Indonesia, dengan perusahaan-perusahaan swasta. Jika mereka datang ke Ukraina dan membuat investasi kecil untuk mulai proses kelapa sawit ke produk lain, saya tidak tahu apa karena bukan ahlinya. Tapi produk itu bisa diekspor ke Eropa karena Ukraina memiliki zona perdagangan bebas dengan Eropa, bahkan bisa ke Afrika Utara, atau negara-negara bekas Soviet, seperti Belarus, Georgia, mungkin juga Turki. Kami memiliki pasar yang baik.
Untuk mengirim produk dari Ukraina ke misalnya Afrika, itu lebih mudah dibandingkan dari Indonesia. Sederhana. Jadi ini mungkin bisa menjadi jalan, karena Ukraina terkenal dengan tenaga kerja berkualitas tapi tidak mahal. Kami memiliki 65 persen tenaga kerja dari populasi, dengan pendidikan tinggi. Bahkan pekerja atau teknisi di tingkat bawah, mereka memiliki pendidikan tinggi.
Bagaimana dengan perdagangan?
Kita memiliki total perdagangan sebesar 1,2 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Potensi kita jauh lebih besar. Saya tidak berpikir itu sudah baik untuk sebuah negara seperti Indonesia, karena saya ditugaskan untuk meningkatkan ekspor Ukraina ke Indonesia. Tapi saya juga akan mendukung ekspor Indonesia, saya tidak akan sebutkan karena terlalu banyal. Mulai dari buah-buahan hingga tekstil dan obat.
Pengobatan adalah area kerjasama yang sangat bagus. Kita bisa banyak bekerja sama dalam hal ini. Ukraina memiliki sistem yang sangat berkembang untuk pelayanan pengobatan beberapa area spesifik. Contohnya, Anda ingat bencana nuklir Chernobyl? Sejak 1986 hingga saat ini, kami meriset dan mengembangkan obat dan pengobatan untuk mereka yang terkontaminasi nuklir di seluruh Ukraina, di banyak tempat. Jadi tahu bagaimana merawat orang yang terpapar radiasi.
Kami memiliki sistem yang sangat bagus untuk penyakit jantung dan lainnya. Jadi kenapa tidak bekerja sama?
Dalam hal perdagangan, saya akan berusaha tingkatkan.
Apa yang Indonesia impor dari Ukraina?
Biji-bijian dan beberapa peralatan, tidak banyak.
Mesin?
Beberapa, tapi tidak banyak.
Peralatan militer?
Tidak banyak.
Ini sangat terdampak oleh pandemi Covid-19 karena dana digunakan untuk penanganan pandemi. Jadi semuanya melambat. Tapi saya harap pandemi akan berakhir dan menjadi endemi sehingga kita lanjutkan.
Pekan lalu saya terinfeksi Omicron. Itu seperti flu. Hari pertama, kedua, ketiga, lalu kembali baik. Minum air, istirahat, minum air, minum vitamin, dan selesai.
Teguh Santosa adalah pendiri Kantor Berita Politik Republik Merdeka atau RMOL.Memiliki minat dan ketertarikan pada dunia pers sejak masih muda, kini Teguh sedang menyelesaikan pendidikan doktoral di Jurusan Hubungan Internasional Unpad, selain itu juga sedang aktif menulis beberapa buku, diantaranya "Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik".